Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar pertama dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk Provinsi Jawa
Barat berjumlah 43.053.732 jiwa. Penduduk Jawa Barat pada dasarnya
didominasi oleh penduduk laki-laki yaitu berjumlah 21.907.040 jiwa
sedangkan penduduk perempuan berjumlah 21.146.692 Dengan sex rasio 104,
yang berarti bahwa dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat
104 penduduk laki-laki. Dengan jumlah penduduk yang besar ini, Jawa
Barat menghadapi berbagai macam masalah yang berkaitan dengan
kependudukan baik dari segi kualitas, kuantitas maupun mobilitas.
Berbagai macam masalah ini tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah
maupun masyarakat Jawa Barat untuk mengatasinya.
Salah satu badan pemerintahan yang
menangani masalah kependudukan ini adalah Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sesuai Undang-undang No. 52 tahun
2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, peran
BKKBN tidak terbatas pada penyelenggaraan program KB akan tetapi juga
meliputi penyerasian pengendalian penduduk. Peran dan fungsi baru BKKBN
diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden No.62 tahun 2010 tentang
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah
“penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Visi tersebut mengacu kepada fokus
pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 dan Visi misi Presiden yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014. Visi ini merupakan salah satu
prioritas pembangunan nasional yaitu mewujudkan pertumbuhan penduduk
yang seimbang dan keluarga berkualitas yang ditandai dengan menurunkan
angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproductive Rate (NRR) = 1.
Berdasarkah hal inilah, penulis ingin
mengetahui harus berapakah prevalensi pemakaian kontrasepsi agar TFR
sebesar 2,1 dapat dicapai dan bisakah target TFR 2.1 pada tahun 2015
tercapai. Analisis yang akan digunakan adalah analisis regresi linier
sederhana. Sumber data yang diambil adalah dari buku Survey Demografi
Kesehatan Indonesia atau (SDKI) tahun 2007.
Total Fertility Rate (TFR)
Dalam istilah demografi Fertilitas adalah kemampuan seorang wanita
secara riel untuk melahirkan. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan
berbeda antara wanita yang satu dengan lainnya, begitu pula antara satu
penduduk dengan penduduk yang lainnya. Sedangkan TFR atau Total
Fertility Rate adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Di bawah ini
adalah grafik perkembangan TFR Provinsi Jawa Barat dari tahun 1991-2007.
Perkembangan TFR Provinsi Jawa Barat dari
tahun 1991 – 2007
Banyak faktor yang mempengaruhi fertilitas seorang wanita. Salah satu pendekatan ilmu sosial tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah pendekatan yang dikembangkan oleh pemikiran Davis dan Blake. Menurut Davis dan Blake terdapat tiga tahap penting dalam proses kelahiran, yaitu tahap hubungan kelamin, tahap konsepsi dan tahap kehamilan. Ketiga faktor ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercourse variables):
1. Umur mulai hubungan kelamin
2. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
3. Lamanya perempuan berstatus kawin
4. Abstinensi sukarela
5. Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara)
6. Frekuensi hubungan seksual
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables):
1. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
a. Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia
b. Menggunakan cara-cara lain
3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja
(sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)
(sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables)
1. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Contraceptive Prevalence Rate
Salah satu faktor yang mempengaruhi TFR adalah menggunakan atau
tidak menggunakan metode kontrasepsi baik itu menggunakan cara-cara
mekanik dan bahan-bahan kimia atau menggunakan cara-cara lain. Dalam
istilah BKKBN, angka pemakaian kontrasepsi ini dikenal dengan nama CPR
atau Contraceptive Prevalence Rate. CPR ini merupakan jumlah peserta KB
aktif dibandingkan dengan seluruh pasangan usia subur dalam suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu. Di bawah ini adalah grafik
Perkembangan Persentase CPR Provinsi Jawa Barat dari tahun 1991 – 2007.
Perkembangan Persentase CPR Provinsi Jawa Barat dari
tahun 1991 – 2007
Hubungan CPR dan TFR
Seperti yang telah disebutkan, bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi TFR adalah CPR. Berdasarkan hal ini penulis ingin
menganalisis hubungan CPR dan TFR, dimana variabel CPR sebagai varibel
yang mempengaruhi TFR. Hubungan antara CPR dan TFR dapat disajikan dalam
bentuk regresi linear sederhana. Analisis regresi adalah sebuah
analisis statistik untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hubungan antara variabel-variabel ini
digolongkan dengan sebuah model secara matematik yang disebut persamaan
regresi. Disini kita ingin menentukan hubungan antara sebuah variabel
bebas (eksplanatori) dengan sebuah variabel tidak bebas (respon).
Sebagai gambaran hubungan CPR dan TFR dapat digambarkan seperti di bawah
ini:
Perkembangan TFR dan CPR Provinsi Jawa Barat dari
tahun 1991 – 2007
Dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh hasil sebagai berikut :
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: TFR
b. Dependent Variable: TFR
a. Predictors: (Constant), CPR
Dari tabel diatas dapat kita lihat nilai koefisien determinasi sebesar 78.2%, dimana nilai ini menunjukkan besar pengaruh CPR terhadap TFR , jadi 78.2% variasi yang terdapat pada TFR dapat diterangkan oleh CPR sedangkan sisanya 21.8 % dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan korelasi antara TFR dengan CPR adalah sebesar 0,884, nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel tersebut.
a. Predictors: (Constant), CPR
b. Dependent Variable: TFR
Dari tabel diatas dapat kita lihat nilai koefisien determinasi sebesar 78.2%, dimana nilai ini menunjukkan besar pengaruh CPR terhadap TFR , jadi 78.2% variasi yang terdapat pada TFR dapat diterangkan oleh CPR sedangkan sisanya 21.8 % dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan korelasi antara TFR dengan CPR adalah sebesar 0,884, nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel tersebut.
a. Predictors: (Constant), CPR
b. Dependent Variable: TFR
a. Predictors: (Constant), CPR
b. Dependent Variable: TFR
b. Dependent Variable: TFR
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0.047.
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 % maka model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi variable TFR atau dapat dikatakan CPR
berpengaruh secara signifikan terhadap TFR.
a.Dependent Variable: TFR
Dalam tabel diatas diperlihatkan nilai koefisien untuk persamaan regresi antara CPR terhadap TFR, maka berdasarkan nilai koefisien yang terdapat dalam tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut:
TFR=4.864-3.667CPR
Dari persamaan diatas dapat kita jelaskan bahwa setiap perubahan CPR sebesar satu unit maka TFR berubah sebesar 3.667 unit dengan arah yang berlawanan, artinya setiap kenaikan CPR sebesar 1 unit maka TFR akan turun sebesar 3.667 unit dan sebaliknya, apabila CPR turun maka TFR akan naik.
Dengan menggunakan persamaan tersebut di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai TFR 2.1 maka CPR Jawa Barat haruslah antara 75.37 % dan 75.38 %. CPR ini diperoleh dari hasil perhitungan di bawah ini:
Jika dilihat dari trend CPR dari tahun 1991-2007 dan diasumsikan bahwa tren ini akan terus bergerak linear ,kemudian kita regresikan data di bawah ini
Perkembangan CPR Provinsi Jawa Barat dari
tahun 1991 – 2007
Sumber data : SDKI Jawa Barat 2007
Maka diperoleh persamaan CPR= -1131.053+0.594TAHUN
Dengan memasukan tahun ke persamaan tersebut maka CPR 75.37 % ini didapat pada tahun 2031.
Ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
Dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa untuk TFR= 2.1 ini dapat dicapai jika kesertaan ber-KB (CPR) sebesar 75.37 %. Sedangkan apabila kita melihat trend untuk CPR dari 1991-2007, CPR sebesar 75.37 % ini akan diperoleh pada tahun 2031. Pada tahun 2015 berdasarkan analisis, TFR baru mencapai 2.45 dengan CPR sebesar 65.86%.
Dengan melihat perkembangan CPR seperti sekarang ini dan kenaikan yang tidak berubah di tahun yang akan datang , maka target TFR=2.1 pada tahun 2015 ini tidak akan dapat tercapai. Perlu adanya percepatan dan kerja keras dari semua pihak untuk meningkatkan kesertaan ber-KB menjadi 75.37 % agar target TFR 2,1 ini tercapai. Wallahu Alam.
Posting Komentar