Permasalahan pertambahan penduduk telah menjadi prioritas kebijakan
dalam pembangunan di Indonesia. Diawali dengan perhatian pada
pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan yang dibarengi dengan
pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk. Pemahaman yang berbeda terhadap
perubahan penduduk serta faktor-faktor yang terkait dengannya memiliki
pengaruh yang berbeda juga kepada kebijakan pemerintah. Berdasarkan
sejarah kependudukan, terdapat dua pandangan terhadap perubahan
penduduk. Pandangan yang pertama menyatakan pembangunan mempunyai
pengaruh terhadap perubahan penduduk, artinya penduduk berfungsi sebagai
dependent variabel. Pandangan kedua menyatakan kondisi kependudukan
akan mempengaruhi pembangunan yang dilaksanakan. Dalam hal ini penduduk
menjadi independent variabel Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan
Ekonomi. Memperhatikan hal tersebut, sudah selayaknya apabila pemahaman
terhadap teori penduduk terutama yang dikaitkan dengan pembangunan
menjadi sangat penting.
Berbagai teori yang
diungkapkan terdahulu telah menjadi inspirasi dari berbagai pandangan
mengenai kaitan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi.
Adam Smith berpendapat bahwa sesungguhnya ada hubungan yang harmonis dan
alami antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, dimana
pertumbuhan penduduk tergantung pada pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa jumlah penduduk dipengaruhi oleh permintaan terhadap
tenaga kerja (demand for labor) dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi
oleh produktivitas lahan. Malthus merupakan orang pertama yang secara
sistematis menggambarkan hubungan antara penyebab dan akibat-akibat
pertumbuhan penduduk. Dalam model dasarnya, Malthus menggambarkan suatu
konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (dimishing
returns). Malthus menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara
mempunyai kecenderungan untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang
akan berlipat ganda setiap 30-40 tahun, kecuali bila terjadi bahaya
kelaparan. Pada saat yang sama, karena adanya ketentuan pertambahan
hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya
tetap (tanah dan sumber daya alam) maka persediaan pangan hanya akan
meningkat menurut deret hitung.
Pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu
negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan
ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah
pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu
adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi
yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi
yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi salah satu
diantaranya adalah sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan
pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah
penduduk yang besar merupakan pasar
potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas
penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Faktor
ekonomi lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
adalah sumber daya alam yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang
memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia
untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi
ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
II. Pembahasan
Pertambahan
jumlah penduduk merupakan masalah pembangunan yang utama dan sukar
diatasi, para ahli menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara
berkembang harus segera diatasi untuk dapat mempercepat laju
perkembangan ekonomi, yaitu dengan program menekan laju pertambahan
penduduk Pada umumnya di Negara yang sedang berkembang, pertambahan
penduduk sangat tinggi dan besar jumlahnya. Jumlah penduduk yang besar
dapat menimbulkan: Jumlah pengangguran tinggi; Jumlah tenaga kerja
bertambah; Perpindahan penduduk dari desa ke kota; Pengangguran dikota
besar bertambah; Tingkat kemiskinan meningkat. Namun usaha menekan laju
pertambahan penduduk menghadapai beberapa kendala, seperti Ekonomi;
Sosial budaya; Keagamaan;PolitiK. Masalah tersebut yang menghambat usaha
menekan pertambahan penduduk dalam waktu yang singkat.
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan
faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara
lain adalah: Pertama, kependudukan, dalam hal ini adalah penduduk,
merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang
dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu
menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat
dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa
pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk
agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika
pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan
berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang
luas.
Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada
sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang
memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang
rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam
jangka yang panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu
yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan
terabaikan. Sebagai contoh,beberpa ahli kesehatan memperkirakan bahwa
krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi. Dengan
demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumberdaya manusia
Indonesia pada generasi mendatang. Demikian pula, hasil program keluarga
berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat
dinikmati dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak
diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional
sama artinya dengan “menyengsarakan” generasi berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah
Orde Baru memegang kendali. Konsep “pembangunan manusia seutuhnya” yang
tidak lain adalah konsep “pembangunan kependudukan” mulai diterapkan
dalam perencanaan pembangunan Indonesia yang sistematis dan terarah
sejak Repelita 1 pada tahun 1986. namun sedemikian jauh, walaupun dalam
tatanan kebijaksanaan telah secara sungguh-sungguh mengembangkan konsep
pembangunan yang berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum
dapat secara optimal mengimplementasikan dan mengintegrasikan
kebijaksanaan tersebut.
Pada saat Indonesia menikmati
pertumbuhan ekonomi yang tinggi diawal dasawarsa 1990-an tidak sedikit
ekonom yang meragukan kemampuan Indonesia untuk mempertahankan tingkat
pertumbuhan ekonom tersebut. Terlepas dari persoalan “moral hazard” dan “rent seeking behavior”
yang terdapat pada sebagian besar pelaku ekonomi di Indonesia, para
ekonom yang masuk dalam aliran pesimistis diatas berpandangan bahwa
Indonesia telah salah dalam mengambil strategi pembangunan ekonominya.
Dalam kurun waktu 1996 samapai akhir tahun 1970an, para ekonom di
Indonesia telah berhasil mengembangkan sektor industri dengan penuh
kehati-hatian dan disesuaikan dengan kondisi makro ekonomi yang ada.
Namun sejak awal 1990-an perkembangan industri tersebut berubah dengan
lebih menekankan pada industri berteknologi tinggi. Dampaknya adalah
terjadi tekanan yang sangat berlebihan pada pembiayaan yang harus
ditanggung oleh pemerintah.
Apa yang dapat dipelajari
dari krisis ekonomi yang berlangsung beberapa waktu yang lalau yaitu
bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak
sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki. Walaupun indikator
makro ekonomi seperti tingkat inflasi serta pertumbuhan ekonomi telah
menunjukkan kearah perbaikan, namun terlalu dini untuk mengatakan telah
terjadi perkembangan ekonomi secara fundamental. Lagi pula tidak ada
suatu jaminan bahwa Indonesia tidakakan kembali mengalami krisis dimasa
mendatang, jika faktor-faktor mendasar belum tersentuh sama sekali.
Ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri yang dipandang sebagai
pangkal permasalahan krisis ekonomi saat ini masih belum dapat
diselesaikan. Bahkan ada kecenderungan ketergantungan Indonesia terhadap
pinjaman luar negeri ini menjadi semakin mendalam. Ketergantungan
terhadap pinjaman luar negeri tersebut tidak akan berkurang jika
pemerintah tidak melakukan perubahan mendasar terhadap strategi
pembangunan ekonomi yang ada pada saat ini. Diperlukan suatu strategi
baru dalam pembangunan ekonomi dengan mengedepankan pembangunan ekonomi
berwawasan kependudukan sehingga dicapai pembangunan yang berkelanjutan.
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan tanpa melihat
potensi penduduk serta kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada
nyatanya tidaklah berlangsung secara berkesinambungan (sustained). Jika
dikaitkan dengan krisis ekonomi, terjadinya krisis tersebut tidak lepas
dari kebijaksanaan ekonomi yang kurang mengindahkan dimensi kependudukan
dan lingkungan hidup. Strategi ekonomi makro yang tidak dilandasi pada
situasi/kondisi ataupun potensi kependudukan yang ada menyebabkan
pembangunan ekonomi tersebut mejadi sangat rentan terhadap perubahan.
- 1. Tinjauan Aspek Kependudukan
Dalam analisis demografi hubungan kependudukan dipetakan dalam tiga
kelompok. Interaksi ketiga kelompok tersebut dijelaskan sebagai berikut
. Kelompok pertama adalah kelompok perubahan-perubahan
parameter dinamika kependudukan yang mencakup fertilitis, mortalitas,
dan mobilitas. Perubahan dalam kelompok ini mempengaruhi kelompok kedua yaitu
jumlah komposisi dan pertumbuhan penduduk, perubahan kelompok kedua ini
kemudian akan mempengaruhi kondisi berbagai aspek :
sosial,ekonomi,budaya dan lainnya. Pada kelompok ketiga berbagai
hal dari kelompok ketiga akan mempengaruhi kembali perubahan-perubahan
parameter dinamika kependudukan pada kelompok satu, kelompok kedua, dan
kelompok ketiga itu sendiri.
Pengkondisian
ketiga aspek tersebut dalam suatu rekayasa demografi akan menciptakan
suatu keadaan terjadinya transisi demografi yang dalam jangka panjang
akan merubah komposisi struktur umur dari proporsi umur penduduk muda
ke proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan usia harapan hidup serta
menurunnya angka ketergantungan hidup.
Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan dalam pengendalian jumlah
kelahiran melalui program KB dapat merubah pandangan masyarakat
khususnya para pasangan usia subur terhadap jumlah anak dari rata-rata
ingin punya anak 5,6 pada 1967 – 1970 menjadi 2,3 tahun 2007, artinya
jumlah anak yang diinginkan pada pasangan usia subur menurun dan
perubahan sikap pada media usia kawain pertama perempuan dari 19,2
tahun menjadi 18,8 tahun.
Dari kondisi
tersebut berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari kondisi 2,3
persen antara tahun 1970 – 1990 menjadi 1,4 persen antara 1990 – 2000
dan sampai dengan 2005 telah menjadi 1.3 per tahun. Sehingga dari kurun
waktu tahun 1970 sampai dengan tahun 2009 telah mencegah 100 juta
kelahiran. Jika tidak ada upaya perubahan kondisi kependudukan melalui
pengendalian atau pengaturan jumlah kelahiran dapat dibayangkan dampak
sosial ekonomi dan efek lanjutan terhadap kulitas sumber daya
manusia yang menjadi obyek dan subyek dalam ketahanan nasional.
Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan angka kematian bayi akibat
upaya peningkatan kesehatan, hal tersebut terjadi perubahan kondisi
peningkatan harapan hidup dari 1000 kelahiran bayi 145 diantaranya
tidak mencapai usia tahun pertama pada tahun 1971 menjadi dari 1000
bayi lahir hanya 35 yang meninggal sebelum usia satu tahun.
Keberhasilan tersebut telah mengubah kondisi piramida penduduk serta
peningkatan usia harapan hidup dimana menurunnya angka kelahiran dan
kematian dan disertai angka peningkatan harapan hidup telah mengubah
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia dibawah
15 tahun diikuti dengan meningkatnya proporsi usia produktif 15-64 tahun
dan meningkatnya proporsi penduduk usia tua yaitu 65 tahun
keatas.Penurunan proporsi anak dibawah usia 15 tahun tentunya
meringankan beban dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan
,sandang, pelayanan kesehatan, perbaikan gizi dan pendidikan sehingga
menjadi peluang investasi upaya meningkatkan kualitas SDM dari aspek
pendidikan dan kesehatan.
Dampak dari
penurunan kelahiran dan penurunan kematian mengakibatkan transisi
demografi yakni penurunan fertilitas yang panjang bersamaan dengan
penurunan angka kematian dirasakan dalam jangka panjang akibat
terjadi perubahan struktur umur penduduk dari penduduk muda menjadi umur
peduduk dewasa, perubahan struktur umur penduduk menyebabkan
menurunnya angka ketergantungan (dependensi ratio) dari 86 per 100 pada
tahun 1971 menjadi 54 pada tahun 2000 artinya pada setiap 100 penduduk
kerja akan mempunyai tanggungan 54 penduduk non produktif pada kondisi
tersebut terjadi peluang untuk melakukan investasi dalam meningkatkan
kulitas sumber daya manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Penurunan fertilitas yang diikuti dengan penurunan jumlah kematian
bayi akan menyebabkan proporsi penduduk usia kerja akan semakin besar
dibandingkan dengan penduduk muda. Usia prima produktifitas seseorang
berdasarkan hasil penelitian berada pada antara usia 20 – 54 tahun.
Pada Kondisi usia tersebut juga medorong pengkondisian SDM generasi
lanjutan menjadi lebih berkualitas seiring dengan peningkatan
penghasilan.
Penurunan fertilitas dan
besarnya keluarga ideal memungkinkan perempuan mempunyai waktu lebih
banyak untuk melakukan hal-hal lain yang bukan melahirkan dan merawat
anak karena masa melahirkan dan merawat anak menjadi pendek. Pada
kondisi ini menjadi peluang meningkatkan pendidikan dan ketrampilan
sehingga menjadi berkualitas dan siap untuk memasuki pasar tenaga
kerja. Jika kondisi ini berlanjut akan menciptakan poduktifitas
nasional dan tentunya akan memperkuat kondisi ketahanan nasional.
Teori tentang perubahan prilaku melahirkan yang menyebabkan menurunnya
tingkat fertilitas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) Teori
atau hipotesa tentang yang berkaitan dngan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi atau tujuan tentang jumlah anak ideal; (2) Teori
yang menerangkan penurunan fertilitas karena adanya pengendalian
kelahiran atau karena adanya alat kontrasepsi yang memungkinkan
tercapainya pengendalian kelahiran.
Teori
klasik transisi demografi adalah salah satu dari teori yang menjelaskan
perubahan persepsi tentang jumlah anak ideal yang lebih kecil.
Perubahan presepsi ini terjadi karena adanya perubahan struktural akibat
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan urbanisasi yang menyebabkan
terjadinya penurunan angka kematian. Pada kondisi tersebut mendorong
pasangan untuk melakukan perhitungan secara ekonomis tentang biaya
membesarkan anak. Jika jumlah anak terlalu banyak, anak akan menjadi
beban dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Hubungan antara kependudukan dari aspek kuantitas dan kualitas. dari
sudut jumlah penduduk dapat bersifat negative maupun positif. Penduduk
besar atau banyak berkualitas dapat menjadi modal dalam pembangunan,
sebaliknya penduduk besar atau banyak akan menjadi beban bagi
pembangunan jika kualitasnya rendah. Jumlah penduduk sedikit namun
berkualitas meskipun sumber alam terbatas pertumbuhan ekonomi dapat
berkembang atau tumbuh dengan pesat,sebaliknya jumlah besar atau banyak
kualitas sumber daya manusianya rendah, meskipun sumber daya alam banyak
(baca:kaya) akan berdampak kepada kondisi ketahanan nasional.
Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa
sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM); dan
bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA). Negara-negara maju saat
ini pada umumnya tidak mempunyai SDA yang memadai tapi mempunyai SDM
yang tangguh. Sebaliknya banyak negara berkembang (termasuk Indonesia)
mempunyai SDM yang melimpah, tapi tanpa diimbangi dengan SDM yang baik,
tetap tertinggal dari negara-negara yang sudah berkembang. Di samping
program pendidikan dan kesehatan, program pengaturan kelahiran
mempunyai peran penting dalam pembangunan SDM. Di samping secara makro
berfungsi untuk mengendalikan kelahiran, secara mikro bertujuan untuk
membantu keluarga dan individu untuk mewujudkan keluarga-keluarga yang
berkualitas menuju kondisi ketahanan nasional yang diharapkan
Dalam kaitan tersebut peningkatan kondisi ketahanan nasional dari
delapan aspek keterkaitannya dengan program keluarga berencana tidak
dapat dipisahkan dari kebijakan pembangunan kependudukan secara umum.
salah satu arah kebijakan pembangunan nasional mengamanatkan
pentingannya “meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian
kelahiran” dan “Program Keluarga Berencana” salah satu dari lima
program pokok bidang kependudukan dan KB. “Program KB dilakukan dengan
upaya-upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga”. Bahwa program
Kependudukan dan Keluarga Berencana sangat bermanfaat bagi pembangunan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Kegagalan program KB dalam mengendalikan angka kelahiran akan menggangu
tatanan ketahanan nasional sehingga berdampak kepada menciptakan kondisi
mengurangi atau bahkan meniadakan hasil-hasil pembangunan dan dapat
memberi beban yang sangat berat bagi pemerintah untuk menyediakan
berbagai kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, lapangan
kerja, kesehatan , pendidikan dan lain sebagainya bahkan justru akan
menurunkan kualitas SDM.
Oleh karena itu
konsep pembangunan berwawasan kependudukan melalui kebijakan penduduk
tumbuh seimbang harus menjadi fokus agar tercipta kondisi ketahanan
nasional yang diharapkan dan menjadi strategis dalam menghadapi
tantangan dari luar maupun dari dalam pada era desentralisasi dan
globalisasi.
2. Tinjauan Aspek Ekonomi
Dari berbagai literatur atau tulisan kependudukan dan pembangunan
disebutkan bahwa salah satu modal dasar pembangunan adalah penduduk yang
berkualitas sangat penting dan strategis bagi pembangunan disegala
bidang. Artinya jumlah penduduk berkualitas yang mempunyai kompetensi
dapat dibina dan didayagunakan secara efektif dan akan menjadi stimulus
bagi pertumbuhan ekonomi dan sangat menguntungkan bagi ketahanan
nasional.
Dalam Teori Capital; modal adalah
uang yang diubah menjadi suatu barang dagangan untuk diubah kembali
dari suatu barang dagangan menjadi lebih banyak uang dari pada jumlah
aslinya. Selanjutnya dikatakan dari barang tersebut ada unsur atau
komponen tenaga kerja (labour) kumpulan upah yang dibayarkan kepada
pekerja dikonsumsi kepada barang-barang sekunder maupun primer akan
menumbuhkan tingkat produksi, produksi meningkat akan menambah jumlah
investasi sedang upah yang tidak dibayarkan oleh produsen (ada selisih
antar jam kerja dengan upah yang diterima. Karl Marx dalam bukunya (Das
Capital) nilai lebih tersebut oleh produsen dijadikan kembali modal dan
seterusnya demikian pada akhirnya menjadi salah satu sumber investasi.
Tumbuhnya investasi akan menyerap tenaga kerja, manusia bekerja akan
memperoleh upah, upah sebagian dikonsumsi dan sebagian ditabung, jumlah
tabungan tersebut oleh Bank disalurkan untuk kredit salah satunya untuk
investasi ,proses akumulasi tersebut menumbuhkan perekonomian nasional
yang akan tercermin dalam Produk Domestic Bruto.
Model-model ekonomi tentang tabungan yang berhubungan langsung dengan penduduk adalah age dependency model,
dengan landasan pemikiran bahwa terhindarnya kelahiran bayi akan
menyebabkan menurunnya sejumlah konsumsi yang mendorong meningkatnya
tabungan dan selanjutnya menyebabkan terjadinya pembentukan modal.
Selain itu ada model accounting effects dan behavioral effect
dimana penduduk muda dan penduduk lansia mengkonsumsi barang melebihi
apa yang bisa mereka bisa produksi. Sedangkan penduduk usia kerja
cenderung mempunyai tingkat output tinggi dan cenderung mempunyai
tingkat tabungan yang lebih tinggi. Penelitian juga menemukan bahwa
penduduk mulai menabung lebih banyak pada usia 40 – 65 tahun dimana
pada kondisi tersebut tidak terbebani oleh pembiayaan pengurusan anak.
Peningkatan jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan tersedianya
modal manusia (human capital) dalam jumlah yang banyak. Penurunan angka
kematian dan meningkatnya harapan hidup manusia akan meningkatkan
propensitas (bagian kekayaan yang diinvestasikan) orang tua untuk
menanamkan investasi modal manusia dalam diri anak-anak. Perbaikan
kesehatan dan penurunan kematian akan memicu akumulasi modal (human
capital accumulation).
Peningkatan harapan hidup
manusia sampai 45-55 tahun diperkirakan menjadi pemicu terkuat
investasi modal manusia karena ini merupakan usia yang menentukan dimana
investasi sumber daya manusia terbayar kembali. Peningkatan harapan
hidup ini telah mengubah gaya hidup masyarakat di segala aspek
kehidupan. Sikap dan prilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga,
masa pensiun peranan perempuan dalam pekerjaan mengalami pergeseran hal
ini menyangkut perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya
pandangan terhadap manusia meningkat dan dihargai sebagai aset bukan
hanya faktor produksi.
Korelasi dua
komponen tersebut mengkondisikan meningkatnya kesejateraan penduduk
dengan semakin sejahtera, kualitas sumber daya manusia meningkat
seiring membaiknya tingkat penghasilan masyarakat yang tercermin dari
pengeluaran riil per kapita penduduk. Ketidak berhasilan dalam
mengendalikan kelahiran dan menjadikan penduduk yang berkualitas akan
menjadikan pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberi manfaat kepada
kemakmuran masyarakat.Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi harus
diupayakan setinggi mungkin, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan,
kualitas SDM dan produktifitas harus ditingkatkan sehingga memperkokoh
kondisi ketahanan nasional.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dengan konsep pembangunan berwawasan
kependudukan (people center development) akan mendorong peningkatan
kualitas SDM dengan meningkatnya kualitas SDM akan mendorong
produktifitas sehingga akan semakin berpengaruh kepada pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional yang akan memperkuat ketahanan
nasional, sebaliknya kokohnya ketahanan nasional akan mendorong lajunya
pembangunan nasional.
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
- Adanya korelasi antara bidang kependudukan melalui rekayasa demografi akan berpengaruh kepada kuantitas dan kualitas SDM serta pertumbuhan ekonomi.
- Keberhasilan pengendalian penduduk melalui rekayasa demografi saling tekait dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang rendah memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi.
- Perubahan kondisi dari kuantitas dan kulitas SDM berpengaruh kepada kondisi pembangunan ekonomi
- Meningkatnya perekonomian nasional akibat dari meningkatnya kualitas dan produktifitas penduduk berdampak kepada kesejahteraan masyarakat dan keamanan
- Paradigma arah pembangunan nasional yang belum menempatkan bidang kependudukan sebagai platform pembangunan atau konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan akan menjadi ancaman dalam pelaksanaan ketahanan nasional.
- Peningkatan kondisi ketahanan nasional bidang kependudukan dalam rangka penyiapan SDM yang berkualitas dan tangguh mutlak diwujudkan untuk menghadapi tantangan pada era globalisasi.
- Perubahan kondisi kuantitas dan kualitas SDM akan mendukung terciptanya Ketahanan Nasional dengan kata lain masyarakat kokoh, negara kokoh integritas nasional meningkat Kewaspaadan Nasional terjamin Pembangunan ekonomi meningkat.
Posting Komentar